Prof. Dr. Farid Wajdi, MA yang merupakan rektor UIN Ar
Raniry tampil sebagai orator ilmiah pada acara wisuda IAI Al Aziziyah
Samalanga. Dengan ciri khasnya, semangat berapi-api dan logat bahasa Aceh yang
kental saat memberikan kata sambutan di Institut Agama Islam (IAI) Al-Aziziyah
Samalanga dalam sidang senat terbuka wisuda angkatan ke-VII bertempat di
dayah Jami’ah Al-Aziziyah Batee Iliek, Samalanga, Bireuen, Senin, (14/5/2018).
Ia dalam orasinya mengapresiasi IAI Al-Aziziyah Samalanga dan
Kopertais Aceh mendorong sepenuhnya untuk lahirnya program pascasarjana
terlebih saat ini di Aceh sudah ada 34 perguruan tinggi swasta dan lebih banyak
berkonsentrasi di lingkungan dayah.
“Aceh saat ini telah berdiri 34 perguruan tinggi agama Islam
swasta dan mayoritas berkampus di bawah lembaga pendidikan dayah. Kami sangat
mendukung dan mendorong sepenuhnya lahir program pascasarjana di IAI
Al-Aziziyah Samalanga, ” katanya yang juga Rektor UIN Ar-Raniry Banda Aceh itu.
Prof Farid juga mengungkapkan sedikitnya masyarakat Indonesia yang
belajar di perguruan tinggi bahkan angka produktifpun sangat rendah dan ini
sangat berbeda dengan negara maju di dunia.
“Berdasarkan hasil survei hanya 8,7 persen rakyat Indonesia
kuliah, ini ditindai rendahnya kualitas pendidikan rakyat Indonesia. Sedangkan
usia kuliah hanya sekitar 30 persen usia aktif yang mengencam kuliah. Ini
berbeda dengan bangsa maju sekitar 80 persen kuliah,” lanjutnya. Dengan gaya yang
khas, sesekali para wisudawan dan wisudawati serta undangan lainnya ikut
tertawa lepas dengan penyampaiannya.
Prof. Farid mengapresiasi langkah dan gebrakan Ulama Kharismatik
Abu Mudi di dunia pendidikan dengan mendirikan perguruan tinggi dengan integritas
ilmu juga kiprahnya didunia dakwah dengan pengajian dan zikir Tastafi yang
sudah berkembang saat ini. “Ulama Dayah yang notabene tidak mengecam pendidikan
kampus, tapi mampu mendirikan kampus, adalah sesuatu yang luar biasa.” Sebut
Professor ini,
“Keberhasilan Abu Mudi dalam mengintegrasikan ilmu dan
berkembangnya pengajian Tastafi sebuah langkah maju dan saya sangat
mengapresiasinya,” papar putra kelahiran Aceh Besar itu.
Guru besar UIN itu mengilustrasikan kalau di Jepang ada sebuah
organisasi bernama Wusido dengan menanamkan kepada anggotanya lima prinsip
dasar disiplin jujur, berani, kerja keras, setia kawan mampu menjadi
organisasi yang mampu memajukan masyarakat Jepang dan berharap Tastafi juga
demikian.
“Dalam Wusido ada 5 prinsip dasar mampu memajukan masyarakat
Jepang. Hendaknya Tatsafi juga demikian dalam mengembangkan Aceh khususnya dan
Indonesia dalam mengembangkan syariat islam dan pendidikan,” pinta sang doktor
alumni Universitas SAINS Malaysia itu.
(Helmi Abu Bakar/ Kabid Publikasi IAI Al
Aziziyah Samalanga)