Belanda Bangun Monumen Untuk Dalang Pembunuhan Teuku Umar



Sejarah mencatat serdadu Belanda atas perintah Jenderal Van Heutsz dan atas bantuan mata-mata berhasil membunuh Teuku Umar pada serangan malam 11 Februari 1899 di kota Meulaboh. Setelah Belanda sekian kalinya gagal dan setelah sekian kalinya termakan tipu daya Teuku Umar, akhirnya di malam itu Teuku Umar syahid. Bagi Belanda keberhasilan itu tidak terlepas dari jasa pahlawan mereka, Van Heutsz. Namun, siapakah Van Heutsz sebenarnya.

Jenderal yang memiliki nama lengkap Yohanes Benedictus Van Heutsz menjadi gubernur militer yang bertugas di Aceh pada tahun 1898. Sebelum penunjukkan Van Heutsz menjadi gubernur militer wilayah Aceh, Belanda mengalami kebuntuan untuk mengalahkan pasukan Aceh yang dikenal dengan Aceh Pungo atau pasukan berani mati. Untuk mengatasi masalah tersebut Belanda pun melakukan rotasi kepemimpinan gubernur militer untuk wilayah Aceh dari yang sebelumnya dipimpin oleh Van Vliet menjadi Van Heutsz.

Van Heutsz berhasil mencapai hasil maksimal yang telah lama ditunggu-tunggu oleh Kerajaan Belanda. Bekerja sama dengan orientalis lulusan Universitas Leiden, Snouk Hurgronje, Jenderal Van Heutsz berhasil mengadu domba ulama dan uleebalang Aceh, menaklukkan beberapa wilayah Aceh dengan memburu gerilyawan serta anggota keluarga mereka, serta yang teranyar adalah berhasil membunuh Teuku Umar berkat bantuan mata-mata di wilayah Meulaboh, Aceh barat.


Berkat kesuksesannya itu, Kerajaan Belanda memberikan apresiasi yang luar biasa untuk sang jenderal. Jasa Van Heutsz pertama kali dikenang dengan disematkan namanya pada sebuah nama kapal dibawah Kerajaan Belanda yang diluncurkan pada tahun 1926. Setelah itu pada tahun 1932 Belanda mendirikan monumen Ven Heutsz di Jakarta yang pada tahun 1953 bangunan itu dihancurkan dan digantikan dengan masjid Cut Meutia. Selain itu, nama Van Heutsz juga disematkan pada sebuah jalan di daerah Menteng, Jakarta, namun nama jalan tersebut kemudian berganti menjadi Teuku Umar. Yang terakhir adalah pembangunan monumen di Amsterdam dan patung Van Heutsz di kota asalnya sendiri, dan bangunan-bangunan tersebut pun menjadi kontroversial hingga sekarang.

Kapal Van Heutsz 1926

Monumen Van Heutsz di Batavia (sekarang Jakarta)

Monumen Van Heutsz Amsterdam

Patung Van Heutsz di Coeverden
Jalan Van Heutsz Boulevard yang telah berubah nama menjadi Jalan Teuku Umar

Monumen Van Heutsz dibangun di Amsterdam Belanda disebut-sebut bukan karena jasanya menjadi gubernur militer Belanda di wilayah Aceh tapi karena jasanya menjadi gubernur hindia-belanda. Hal tersebut diungkapkan oleh mereka yang pro terhadap jenderal ini setelah pihak lain mengatakan bahwa Van Heutsz tidak berjasa dalam memenangi perang Aceh, justru yang berjasa itu adalah Snouck Hurgronje. Monumen ini bahkan telah mengalami protes dan tindakan vandalism sebanyak dua kali, yaitu tahun 1968 dan 1967.

Protes selanjutnya dilakukan oleh Van Der Linden. Ia mengirimkan surat kepada pihak pemerintah distrik Belanda untuk mengganti nama monumen ini  menjadi lebih representatif. Kemudian protes berlanjut melalui diskusi-diskusi yang dilakukan LSM serta sejarawan dari Belanda, Indonesia, bahkan dari Aceh untuk mengubah esensi dari monumen ini.

Monumen Van Heutsz di Amsterdam yang telah berubah menjadi Monumen Indië-Nederland, 1596-1949

Hingga akhirnya hasil final pun dicapai, pada tahun 2004 monumen Van Heutsz yang berada di belanda ini pun berubah nama menjadi monumen Indië-Nederland-1596-1949. Esensi dari monumen ini ikut berubah, sesuai dengan namanya, monumen terbaru ini ditujukan untuk mengenang hubungan Indonesia-belanda dari 1596 hingga 1949.

Kesimpulannya, pemerintah belanda sangat menghargai jasa pahlawannya yang diangap musuh oleh rakyat Aceh ini. Nama Van Heutsz yang merupakan dalang pembunuhan Teuku Umar ini pun tetap hidup untuk beberapa saat dari mulai nama kapal hingga monument, dan yang tersisa sekarang hanya patung setengah badan Van Heutsz yang berdiri tegak di kota kelahirannya Coeverden.





SUMBER:
http://historia.id/modern/van-heutsz-pahlawan-di-belanda-penjahat-di-aceh
Reid, Anthony. 2005. Asal Usul Konflik Aceh: Dari PerebutanPantai Timur Sumatera hingga Akhir Kerajaan Aceh Abad ke-19. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia.

SUMBER GAMBAR:
http://vanderkrogt.net/standbeelden/Foto/GL/GL03ci-2.jpg
http://gambar-rumah.com/attachments/jakarta-pusat/403251d1365082714-dijual-teuku-umar-menteng-jakarta-pusat-1tu4.jpg
http://historia.id/modern/van-heutsz-pahlawan-di-belanda-penjahat-di-aceh 
Lebih baru Lebih lama
BACAKOTA